Apa sebenarnya yang kau cari PALUPI?
Sudah lebih dari enam bulan suasana kerja kami di bawah tekanan. Bukan tekanan pekerjaan. Karena bagi kami dan rekan-rekan kami yang kerja di sini pekerjaan adalah teman. Pekerjaan adalah kehidupan. Dengan bekerja kami bisa mengisi hari-hari dengan sesuatu yang bermanfaat, sesuatu yang berguna. Dan konsekwensinya kami mendapat upah. Tak peduli kata orang kami diupah rendah, bagi kami bekerja adalah ibadah. Dan karena itulah kami tidak memilih mogok kerja untuk memperbaiki keadaan kami----------------- Tekanan selama lebih dari enam bulan ini yang kami rasakan, adalah tekanan dari orang-orang selama ini sebenarnya adalah teman, dan mereka menamakan penekanan secara psikis ini adalah bentuk dari perjuangan mereka.
Mereka sebut kami pecundang. Mereka juluki kami pengkhianat. Mereka panggil kami budak. Cacian dan makian tersebut begitu akrabnya selama ini. Dulu kami anggap segala bentuk hujatan dari mereka selama ini adalah batu ujian untuk menguji kesabaran. Sekarang akhirnya itu kami anggap tak lebih sebagai hiburan. Mereka berteriak dengan kata-kata yang sebenarnya mereka sendiri tidak begitu tahu makna yang sebenarnya. Karena itu kami lebih tidak ambil peduli. Dan toh akhirnya mereka bosan sendiri. Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.
Sebenarnya upah kami yang bekerja tidak lebih baik dari mereka yang mogok. Bahkan ada beberapa rekan mogok yang selevel upahnya jauh lebih baik dari mereka yang tidak mogok. Kami juga ingin keadaan kami lebih baik dari hari ini, tapi bukan dengan mogok. Tapi dengan berbuat sesuatu yang menghasilkan manfaat dan maslahat. Adakah keadaan akan menjadi lebih baik dengan hanya menuntut, menggertak, memprovokasi bahkan sebenarnya mengkhianati rekan sendiri. Akankah keadaan membaik dengan mogok, saya rasa kita bisa menemukan jawabannya bila mau jujur pada diri kita sendiri. Kebaikan takkan bisa didapat dengan menebar ketakutan.
Catatan harian Pekerja Kanefusa yang tidak mogok kerja (23 Nov 2010)
0 komentar:
Posting Komentar