• SLIDER-1-TITLE-HERE

    Korporasi Kanefusa[...]

  • Info

    Produk Kanefusa[...]

  • Produk Kanefusa

    Produk Kanefusa[...]

  • Produk Kanefusa

    http://www.wigo-verktoy.no/Foto/Kanefusa%20logobilde_Ny%20tekst%2002.jpg[...]

Jumat, 12 Agustus 2011

masalah PHK kanefusa

Posted by mindi on 21.21


Yth. Pak Sur,


Betul, Pak. Memang pengalaman itu guru yang baik. Ia mengajari orang yang tepat, karena selalu memberikan kita sebuah nasihat. Tapi seperti biasanya pengalaman hanya bisa memberi nasihat melalui peristiwa yang telah lewat, memberikan wejangan dengan kejadian yang sudah usang. Maka pengalaman itu tak ubahnya seperti guru baik yang datangnya selalu terlambat. Tak pantas untuk terus digugu dan ditiru. Toh nasehat juga kalau telat, tidak lebih mulia dari pahlawan yang datang kesiangan.

Kini memang kami mengerti. Tapi entah mesti berbuat apa lagi. Kami hanya bisa berdiri di sini. Di pinggir jalan milik EJIP ini. Kencing di selokan. Tidur di pinggir jalan. Beralas tikar di atas trotoar. Pesta sebentar lagi selesai. Hajatan hampir usai. Tak ada lagi slogan. Hanya rasa bosan. Spanduk pun sudah mulai melapuk. Kini kami hanya bisa menunduk. Bendera tak berhenti berkibar, memang. Hati kami selalu berdebar, ternyatah kalah bukan menang. Kini kami enggan untuk kembali berkobar. Karena kami sudah mulai muak dan mual oleh ini keadaan.

Keadaan yang kini hanya menyisakan sesak dan sesal. Kelu dan kesal. Kenapa kami bisa berbuat sedemikian nekat. Menggerakan teman senasib, membaiat teman sejawat untuk tidak saling berkhianat. Merapatkan barisan sambil berteriak bila perlu menghujat dan melaknat mereka yang khianat. Mulai dari bekas rekan sejawat sampai aparat bahkan pejabat. Ini kami punya hajat. Siapapun bisa kami hujat. Semua bisa kena damprat. Jangankan cuma atasan atau orang Jepang. Polisi, menteri bahkan presidenpun berani kami maki. Kapan lagi buruh bisa begini. Buruh bersatu tak bisa dikalahkan.

Setahun lebih telah kami lewati. Dari ramadhan menuju ramadhan lagi kami sudah terbiasa berpuasa kerja. Dan sekarang mulai terasa batas-batas solidaritas itu. Karena satu persatu kami kini menjadi sangsi. Mulai ragu akan arti perjuangan itu. Untuk apa. Dan untuk siapa. Kami hanya bisa mengais rizki dari rasa belas kasihan orang di pinggir jalan. Pakaian kami yang mulai kumal dan wajah kami sudah bebal pandangan yang sinis dan ironis. Kulit kami pun sudah mati rasa. Di tenda ini telah kami rasakan ratusan gigitan nyamuk. Dinginnya malam di waktu hujan yang begitu menusuk tulang rusuk. Kini kami mengerti kenapa di kitab suci sering ditulis bahwa manusia adalah makhluk yang paling rajin mendholimi dirinya sendiri. Nasib ini terjadi, petaka ini datang karena diam-diam secara tak sadar kami sendiri memang telah mengundangnya.

Kini akhirnya hanya lalu lalang kendaraan orang-orang yang pergi dan pulang kerja yang bisa kami nikmati sehari-hari. Sebenarnya betapa getir dan irinya hati kami melihatnya. Melihat mereka yang bisa hilir mudik bekerja, berjuang menafkahi isteri dan anaknya. Membangun negeri memberi maslahat pada orang banyak. Karena melalui keringat dan kerja buruh akan tercipta barang yang bisa didistribusikan dan dimanfaatkan masyarakat. Roda ekonomi berputar. Ada pajak yang bisa disumbangkan untuk pembangunan. Undang-undang BPJS yang kami perjuangkan pun tak kan bisa jalan tanpa ada iuran dari para buruh-buruh yang bekerja – bukan penganggur atau yang cuma bisa tidur di sebuah tenda. Kini kami sadari bahwa tugas buruh adalah berkeringat dengan membuat barang yang bermanfaat, bukan berteriak apalagi menghujat teman sejawat. Biarkan yang berkeringat dan berteriak adalah tugas anggota dewan dan para politis saja.

Di keremanangan malam di tenda perjuangan sering terbayang wajah orang tua kami di desa, lucunya isteri dan anak-anak tercinta di rumah. Ah… di atas jalanan ini memang bukan tempat yang pantas untuk berjuang dan apaalgi untuk cari nafkah.

Pak Sur, tolong cepat kami gusur. Agar kami bisa segera kembali ke pangkuan orangtua kami. Supaya kami bisa pulang menemui isteri dan anak-anak kami yang sudah lama menanti. Agar kami bisa merenda hidup dan meniti hari-hari kami lebih baik lagi.

Hidup kadang hanya masalah waktu dan persoalan menunggu. Menunggu sesuatu yang Kekal, tanpa kesal tanpa sesal. Menanti sesuatu yang Abadi, dengan sepenuh hati.

Rabu, 13 Juli 2011

Putusan KAsasi MA Kanefusa

Posted by mindi on 20.25

Berikut Ini saya Infokan Putusan Akhir MAsalah Mogok kerja Kanefusa, mudah mudahan kita bisa mengambil hikmah dari sebuah kejadian, tidak ada yang menang dalam hal perselisihan kedua duanya rugi dan ini hanya membuangbuang kesempatan untuk lebih baik lagi, tapi sebuah perselisihan harus diselesaikan sengan sebuah keputusan,
saya berharap semua pihak dapat menjalankan keputusan ini dengan baik dan bijaksana, tunjukan bahwa kita sebagai bangsa yang berdasarkan hukum,
sekali lagi kita harus bisa mengambil hikmah dari semua kejadian, kami mendoakan semoga semuanya bisa lebih baik lagi dimasa yang akan datang, tempat mengais rejeki bukan hanya kanefusa, tapi diseluruh dunia ini menantang kita untuk mendapatkan kebaikan, salam kebaikan salam kemerdekaan dan salam bahagia bagi semua

Putusan MA Kanefusa, Kasasi MA Kanefusa, SAlinan Kasasi MA Kanefusa

Rabu, 15 Juni 2011

Kenapa Kau nganggu ladang kami ?

Posted by mindi on 18.59

Kenapa Kau nganggu ladang kami ?

Setahun sudah tempat kami bekerja terjadi perselisihan, Setahun juga berarti kami bekerja tidak seperti dalam keadaan normal,
mengambil hikmah dari sebuah kejadian dan optimisme adalah sebuah keadaan yang terus kami bangun untuk giat dalam bekerja dan berusaha,
namun tetap saja itu menjadi pergunjingan bagi kedua belah pihak, kami yang bekerja disebut terus sebagai kacung pengusaha dan mereka yang gagah berani mogok kerja
disebut sebagai pejuang yang membela hak hak mereka, kami yang berusaha disebut pengkhianat bangsanya sendiri dan tidak mempedulikan rekannya yang mogok malah membela
perusahaan yang notabene adalah perusahaan jepang yang dahulu menjajah negeri indonesia ini,
Miris rasanya hati ini ketika kami dibilang pengkhianat bangsa padahal awalnya kami adalah sahabat yang bisa bersenda guarau dan bercengkrama, seakan akan kami adalah
penjahat sekelas teroris yang halal darahnya karena tidak ikut dalam berjuang,
apakah benar kami seorang pengkhianat bangsa?
tuhan ...
kami berbuat tidak serta merta tidak ada pertimbangan yang bisa membuat kami terus bekerja dan tidak ikut dalam mogok kerja
tidak berarti bahwa kami sudah hidup sejahtera karena kami tetap menggantungkan dan hanya dibayar sebatas gaji bukan daging
tidak berarti kami ingin mencelakakn sahabatku ketika mereka mengajak berdemo tapi kami tidak mau beradu argumen

lalu kenapa sekarang pada mau bekerja kembali setelah perusahaan memenangkan di tingkat pengadilan tentang masalah ini?
apakah mereka lupa kata kata mereka bahwa jika kamu berkerja di sini berarti kamu berarti mau dijajah
dan betapa hinanya bangsa ini dijajah, kami ingat kata kata itu kawan !!!!
bukankah anda yang meneriakan kami orang gila ... orang gilaaa tak tahu maluu ....
masih terngiang ngiang di telinga ini kata kata itu , sumur hidup kami baru kali itu kami dituduh jadi orang gila oleh banyak orang
yang terorganisir dan kami tidak kenal sebelumnya siapa mereka,

kawan ..
kami bekerja karena kami punya tanggung jawab keluarga kami yang kami sudah ikrar dihadapan puluhan orang untuk menafkahinya
kami punya tanggung jawab terhadap customer yang setia menunggu barang walaupun barang sering telat datangnya.
kami punya tanggung jawab terhadap tanda tangan kami dimana kami sudah berikrar akan bekerja secara professional
kami menanggung amanah dari sang penyimpan modal bahwa kami bisa dan mampu mengelola dan menjaga modalnya dengan baik bodoh
bukan kami tidak bisa mencari pekerjaan lain diluar sana, tapi ini adalah ladang kami yang sudah ikrar kami akan menggarapnya bersama sama
kami juga tidak bodoh bodoh amat dalam masalah perundang undangan dan telah dibuktikan dipengadilan bahwa apa yang kami fahami itu benar.
kami tidak mau menuruti hawa nafsu sebahagian orang demi golongan yang lebih banyak.
dan kenapa kami tidak dibeitahu dengan gambalang tetnang rencana itu, terus kami disalahkan karena tidak ikut mogok?
bukankah anda adalah wakil kami yang harus memberitahukan hasilnya kepada yang diwakilinya.
tempelkan saja ..... biarkan semuanya menialai dan membacanya ... biarkan management membuat sangahan
apa susahnya... jangan berbisik bisik .... jangan hanya sebagian orang yang kau bisiki
seolah olah kami tidak dipercaya dan kami punya niat busuk .... dan kami layak disingkirkan ...
rusa pun tak ingin mati ditangan sang penembak jitu sekalipun...

lalu sekarang
kenapa semua yang kau lakukan dianggap sebagai pembenaran yang ternyata tidak benar
lalu kenapa bagi anda bisa dan tidak salah bila dilakukan tapi bagi kami selalu salah bila kami lakukan.
bukankah menghalang halangi orang berusaha dan bekerja melanggar ham.
bukankah merusak barang itu adalah perbuatan yang salah?
bukankah memfitnah itu lebih kejam dari pembunuhan,
kau halalkan segala cara demi memenangkan sebuah pertarungan setelah beradu strategi tidak menang.
membela sesuatu sampai mati walaupun itu memang benar benar salah, bukankah itu jiwa pecundang?

kawan ...
jangan gangu ladang kami ....
jika anda menyatakan ladang ini tidak baik dan sangat jelek ...
lihatlah disekeliling ladang ini ... berarti ladang ladang yang lain lebih baik dari ladang ini
berarti banyak ladang yang anda bisa garap,
sekali lagi kami doakan agar anda menjadi lebih baik, bahkan lebih baik dari kami disini
biarlah kami menggarap ladang ini meskipun menurut anda tidak baik
karena menurut kami inilah yang terbaik

Kamis, 24 Maret 2011

Rosim Kanefusa

Posted by mindi on 19.50

ROSIM

Kulitnya hitam. Tubuhnya langsing, boleh juga dibilang kurus dan kering. Orangnya polos dan lugu. Senyumnya selalu berseri. Wajahnya selalu cerah. Tawa dan candanya juga melimpah. Ia adalah sebuah berkah di tempat kerja kami. Tak heran hampir semua orang suka padanya. Ia adalah OB di kantor kami.

Tinggal di kampung Sukatani. Berjarak lebih dari 20 kilo dari tempat kerja kami. Ia tempuh jarak itu tiap hari dengan sepeda motor bututnya yang tak bernomor seri. Pernah sekali ia ditangkap polisi karena motornya yang tak berseri itu. Tapi dengan uang gocengan polisi langsung menyuruhnya pergi dan tak pernah menangkapnya lagi. Begitu suatu kali ia pernah berbagi pengalaman pada saya ini, bahwa betapa berkhasiatnya uang goceng itu. Sampai sekarang motornya tak juga berpelat normor seri, tetap melaju tanpa henti.(im 25 mar 11)

Ia adalah makhluk datang paling pagi di kantor kami. Bahkan kadang sebelum pintu gerbang terbuka. Ia sudah bekerja bahkan sebelum bel tanda mulai bekerja berbunyi. Mencuci gelas dan cangkir kopi bekas minum kami. Mempersiapkan minuman pagi hari untuk kami-kami juga menyapu dan mengepel lantai tempat kami kerja ini. Begitulah rutinitas kerjanya ia jalani setiap hari. Tanpa keluh dan kesah. Bahkan justeru ia sering nikmati pekerjaannya sambil bernyanyi. Di perusahaan PMA Jepang tempat kami bekerja sekarang ini bernyanyi sambil bekerja adalah tabu, juga pantangan. Walau memang dalam PKB tak ditulis sebagai larangan. Tapi khusus untuk Rosim, kami yang ada di sini memberikan dispensasi. Karena toh senandung dangdutnya lumayan juga untuk dinikmati bersama.

Mungkin dari skala upah, berada di kelas terendah. Mepet sedikit saja dari angka UMR. Tapi baginya bekerja adalah suatu berkah. Kalau uang goceng saja begitu berharga dan berkhasiatnya, tak ada alasan untuk mengumpat upah yang berlipat-lipat jumlah gocengannya. Nikmati dan terima saja apa yang ada. Dan jalani dengan sepenuh hati tugas hidup ini. Begitu suatu saat dia pernah berbagi isi hati, sambil menyajikan secangkir kopi pagi. Rosim yang kurus kering menjalani rasa syukurnya secara sederhana. Telah kubaca manfaat syukur baik dari kitab suci maupun dari buku-buku pengembangan diri dan psikologi. Tapi apalah arti sebuah teori kalau tanpa praktek dalam hidup ini. Tanpa teori yang tinggi-tinggi, justru Rosim telah bisa menjalani makna syukur ini.

Setiap pagi ia selalu menyajikan secangkir kopi hangat di mejaku ini. Selalu kuucapkan padanya ucapan terima kasih. Aku telah belajar nikmatnya rasa kopi melalui OB di kantorku ini. Kini akan kuniatkan untuk belajar bagaimana bersyukur dan berterima kasih dari seorang Rosim ini.

Selasa, 01 Maret 2011

Kekuatan Sebuah Harapan

Posted by mindi on 17.09

The Power OF Hope
Kakuatan sebuah harapan merupakan sebuah kekuatan yang sangat besar membawa individu atau sebuah kelompok dalam mencapai cita citanya
tiga nelayan yang terapung ditengah lautan yang ketika sedang mencari ikan perahunya hancur dihantam ombak kenapa hanya ada satu orang yang hidup dari 3 orang temannya?
Jika kita hanya berfikir itu kehendakAlloh kita tidak akan bisa mendapatkan hikmah yang lebih dalam dan lebih besar lagi,
perbedaannya adalah karena satu orang ini selalu mempunyai harapan bahwa akan ada perahu yang lewat dan akan menolong dia,
lalu apakah temannya yang lain tidak punya harapan?, saya yakin ada juga akan tetapi dengan semakin lamanya dan semakin dinginnya lautan ditambah rasa lapar membuat kedua temannya
harapan mereka hapus dan tangannya yang semula kuat menggenggam sebatang kayu harus terlepas dan tenggelam seketika.
sebuah penggalan kisah yang sangat dalam maknanaya bahwa dalam mengejar harapan ada beberapa point yang harus selalu dijaga terus agar harapan itu dikonversikan menjadi terkabul

sebuah harapan tidak akan terwujud jika hanya bermodalkan keinginan dan action saja tanpa kontinuitas dan komitmen, sekali hilang kendali terhadap komitmen itu, terkadang harapan
itu harus hilang seketika sebesar apapun kita memperjuangkannya (kisah diatas),

menjadi manusia yang hilang harapan seolah olah sudah menjadi manusia mati, dengan istilah orang bisa bertahan hidup dengan tidak makan selama 40 hari, orang bisa hidup 5 hari tanpa minum,
orang bisa hidup tanpa udara dalam 5 menit, tapi orang tidak bisa hidup ketika harapannya hilang detik itu juga.

akan banyak orang sukses jika syarat sukses hanya keinginan dan kerja keras saja tanpa diimbangi oleh kontinuitas dan komitmen,
akan banyak orang yang menjadi hebat jika mencapai cita cita hanya dengan jalan pintas danpa melalui proses,
kita harus ingat bahwa dalam setiap kejuaraan lari misalnya hanya ada satu pemenang, yaitu orang yang lari lebih cepat dari pelari yang lainnya dan lari terus menerus sampai diakhir finis.

Minggu, 30 Januari 2011

manusia pilihan Tuhan

Posted by mindi on 22.18

Kecerdasan Spiritual
ini adalah contoh kecerdasan spitirual yang saya ambil dari sebuah situs
sebuah cerita seorang keluarga yang anakna menderita penyakit autis
Sebenarnya saya dan istri saya masih kuat Pak Yanto, tetapi kadangkala
tetangga dan kawan saya memojokkan saya dan istri saya. Lebih-lebih orang tua dan
mertua saya yang membuat saya semakin berat.” Kemudian ia menirukan apa yang dikatakan
orang tuanya ”Kamu itu dosanya apa to nak, kok anakmu seperti itu”. Kawan saya tersebut tidak bisa menjawab dan merasa bertambah sedih.
Memikirkan anaknya saja sudah bersedih, apalagi dikomentari oleh orang tua, kawan dan tetangganya. Saya dapat merasakan betapa sedihnya
andaikata saya menjadi kawan saya tersebut. Kemudian saya berkata kepada kawan saya tersebut ”Sesungguhnya Bapak itu manusia pilihan Tuhan. Anak penderita autis itu
hanya dititipkan kepada manusia pilihan saja. Tidak ditipkan kepada orang biasa, seperti saya”. Dengan mata berkaca-kaca kawan saya tersebut
mengatakan ”Hanya Pak Yanto yang mengatakan seperti itu. Selama ini saya tidak pernah ada orang yang mengatakan seperti itu”. Saya sangat beruntung bertemu
dengan orang-orang pilihan Tuhan dan belajar dari mereka kecerdasan spiritual yang sangat tinggi, untuk menjadi manusia yang sesungguhnya, manusia pilihan Tuhan

Senin, 24 Januari 2011

kisah perang Bharata Yudha

Posted by mindi on 02.37

Detik-Detik Menjelang Perang Bharata Yudha


Sinar harapan perdamaian yang dibawa Khrisna ketika pergi ke Hastinapura padam sudah. Khrisna segera pulang dan menceritakan apa ya terjadi pada Kunti bahwa perang tak bisa dielakan lagi. Kunti sangat sedih.

Kunti tak bisa menyembunyikan perasaannya. Hatinya bertanya-tanya : “Bagaimana mungkin aku mengatakan isi hatiku pada putra-putraku agar perang tak terjadi? Apakah aku harus berkata ‘pikullah kehinaan ini. Kita tak usah meminta bagian kerajaan agar perang urung terjadi’. Tapi bagaimana dengan tradisi kesatria? Tetapi, sebaliknya apa gunanya saling bunuh dengan saudara sendiri. Kebanggaan macam apakah yang akan didapat dari membunuh saudara sendiri. Bagaimana aku harus menghadapi pi
Ihan ini?” Hati Kunti terbelah kedalam dua pilihan. Disatu sisi kehancuran total, tapi di sisi lain, kehormatan ksatria.

Di pihak Kurawa, ada Bisma, Durna, dan Karna. “Bagaimana mungkin anak-anakku bisa mengalahkan kombinasi 3 ksatria pilih tanding itu”. Untuk Bisma, Kunti yakin dia tak mungkin tega melukai apalagi sampai membunuh Pandawa Lima yaitu: Puntadewa/Yudhistira, Bima, Arjuna, dan sikembar Pinten/Nakula dan Sadewa. Begitu pun dengan Durna, beliau tak akan mau membunuh mantan murid-murid kesayangannya. Tapi Karna. Karna adalah ksatria pilih tanding yang begitu terobsesi untuk membunuh Arjuna demi menyenangkan hati Duryudana. Dan ironisnya, Karna tak lain adalah anak kandungnya sendiri yang artinya kakak tiri dari Arjuna sendiri.

Karena kekhawatirannya itulah kemudian Kunti memutuskan untuk menemui Karna di sungai Gangga tempat di mana Karna biasa melakukan pemujaan pada Dewata, dengan satu tujuan menerangkan kepadanya tentang siapa Karna dan Arjuna sebenarnya. Begitu Karna mengetahui asal-usul dirinya, Kunti berharap Karna mau meninggalkan Duryudana dan berbalik membela Pandawa.

Setelah begitu lama menunggu Karna bersemedi, akhirnya Karna selesai juga dari semedinya. Demi melihat Kunti yang tersengat matahari begitu lama karena menunggunya bersemedi, Karna segera membuka baju untuk melindungi kepala Kunti dari sengatan matahari.

Sesuai dengan adat kebiasaan, Karna kemudian menghaturkan sembah, “Anak Rada dan sais kereta menghaturkan sembah hormat.”

Kemudian Kunti pun menjawab, “Karna, sebenarnya kau bukan anak Rada dan sais kereta. Kau adalah anak Batara Surya yang lahir dari rahim Pritha yang sekarang dikenal sebagai Dewi Kunti. Semoga kesejahteraan ada padamu selalu.”

Setelah itu, Kunti menerangkan tentang asal-usul kelahiran Karna, dan memintanya untuk bergabung bersama Pandawa untuk menegakkan kebenaran dan menjanjikan sebuah tahta kerajaan setelah perang usai nanti.

Setelah mengetahui siapa dirinya, Karna mulai bimbang antara meikuti kata-kata ibunya atau tetap membela Duryudana yang selama ini membesarkan namanya. Dan setelah agak lama terdiam akhirnya Karna pun dengan keteguhan hatinya menjawab, “Ibu, yang engkau katakan berlawanan dengan dharma. Jika meninggalkan kewajibanku, aku akan menyakiti diriku lebih parah daripada apa yang bida dilakukan seorang musuh kepadaku di medan perang. Ibu telah merenggut semua hakku dengan membuangku, seorang bayi yang tak berdaya, ke sungai. Mengapa sekarang ibu bicara padaku tentang kewajiban seorang ksatria? Ibu tidak pernah membicarakan cinta ibu yang adalah hak setiap anak. Dan sekarang, karena mencemaskan anak-anak ibu yang lain, ibu menceritakan asal-usul kelahiranku. Jika aku bergabung dengan Pandawa, apakah dunia nanti tidak akan mengutukku sebagai seorang pengecut? Aku dihidupi asam garam putra-putra Destarata. Mereka percaya kepadaku sebagai sekutu setia. Aku berhutang budi kepada mereka. Mereka memberiku perhatian dan kebaikan hati. Setelah perang menjelang, engkau menghendakiku meninggalkan Kurawa dan bergabung dengan Pandawa. Ibu, mengapa kau memintaku untuk menghianati asam garam yang telah kumakan? Bagaimana mungkin aku meninggalkan mereka? Adakah yang lebih hina daripada orang yang menghianati orang yang telah menolongnya? Ibu terkasih, aku harus membayar hutangku, jika perlu dengan nyawaku. Jika tidak, aku akan tidak lebih dari seorang pencuri yang makan curian selama bertahun-tahun ini. Mohon maafkan aku.”

Lanjutnya: “Namun demikian, aku tidak akan menolak sepenuhnya permintaan ibuku. Soalnya adalah antara aku dan Arjuna. Dia atau aku yang harus mati di medan laga nanti. Aku tidak akan membunuh anak-anak ibu yang lain, apa pun yang mereka lakukan kepadaku. Ibu para ksatriabperkasa, engkau tidak akan kehilangan putra. Putramu akan tetap lima. Salah satu dari kami, aku atau Arjuna akan tetap hidup setelah perang ini.”

Mendengar kata-kata putra sulungnya yang teguh dan sesuai norma-norma ksatria, hati Kunti semakin sedih. Pikirannya campur aduk tidak keruan. Ia tidak kuasa berkata-kata lagi. Segera dipeluinya Karna dan pergi tanpa bersuara.

Pikir Kunti: “Siapa yang bisa menentang suratan takdir? Setidaknya ia berjanji tidak akan membunuh keempat anakku yang lain. Itu sudah cukup. Semoga Dewata memberkatinya.”

Dan Kunti pun kembali menuju kediamannya….

 
  • Paguyuban Karyawan Kanefusa Indonesia

  • Paguyuban Karyawan Kanefusa Indonesia